LUBUKLINGGAU, NS – Tulisan ini cerita dan kisah nyata seorang jurnalis perempuan yang berkerja di salah satu media harian group Jawa Pos, Tulisan yang di buat pada tanggal, Rabu (21April2021).
“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.”
“Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri.”
Banyak kata kata bijak Raden Ajeng Kartini, mungkin kata kata inilah yang sedikit menggambarkan Sosok Ratna.
Baru Memasuki usia 24 tahun ,Perempuan Belia yang akrab dipanggil Nana dikesehariannya ini adalah salah satu Jurnalis di harian media Cetak Maupun online Musorawas Ekspres (Murek) yang bertugas di wilayah Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musirawas.
Sekilas kisah, sosok Raden Ajeng Kartini yang setiap tahun sosoknya selalu dikenang sehingga dikenal dengan Hari Kartini. Setiap tanggal 21 April, masyarakat Indonesia memperingati sosok pejuang perempuan itu.
Sosok Raden Ajeng Kartini yang menjadi inspirasi bagi banyak perempuan di Indonesia, bahkan dunia hingga kini. Meski seorang bangsawan, Raden Adjeng Kartini memiliki tekad kuat untuk mensejahterakan kaum pribumi.
Raden Adjeng Kartini membawa perubahan bagi kehidupan perempuan Indonesia dengan menyuarakan kesetaraan gender. Beliau menjadi pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Pemikirannya pun kemudian dikenal dengan istilah emansipasi perempuan. Pengaruh dan kontribusi Raden Ajeng Kartini pada masa itu sangatlah besar bagi perempuan Indonesia.
Menghantarkan kaum perempuan sehingga banyak berperan serta dalam segala bidang yang tercatat banyak di negeri ini, tugas mereka seakan sudah menyamai kerja dan profesi yang dikerjakan seorang laki-laki pada umumnya.
Dengan segala keterbatasan yang ada, Nana berupaya untuk turut serta membangun dan mencerdaskan dengan karya karya yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Sekelumit kisah yang sulit dilupakan Nana dalam menjalankan tugas yakni saat Bencana pendemi virus corona ( COVID-19).
Dunia seakan mati suri, kesimpang siuran cerita dari mulut kemulut, tentang betapa bahanya virus ini yang memporak polandakan tatanan kehidupan dari segala lini.
Untuk itu dibutuhkan Informasi cepat, aktual, akurat dan berimbang oleh media cetak maupun elektronik.
Kondisi dimana serbasulit, karenasedikit info mengenai wabah ini, ” Jujur ada rasa takut dan khawatir” disaat liputan namun ini mamang kewajiban yang harus di jalani.
Berjibaku di lapangan untuk memberi informasi secara fakta untuk seluru kalangan masyarakat indonesia.
” Tekat serta Semangat RA Kartini lah yang mengalir dijiwaenjadi pedoman” kata Ratna yang kerap di panggil Nana, sosok perempuan yang berkerja di salah satu surat kabar Lokal MusirawasEkpres.
Kata Nana, Menjadi seorang jurnalis tak hanya bermodal tenaga atau pisik tapi harus meliki kecerdasan intelektual serta bertanggung jawab serta keberanian merupakan poin penting.
“Sifat Kartini yang berani, jadi bekal aku dan teman seprfesinya untuk menuntaskan perjuangan Kartini di masa lalu,” kata perempuan yang lulusan Universiatas Benkulu tersebut.
Menjadi pembawa berita baik di masa pendemi COVID-19 merupakan suatu kebanggaan tersendiri, walau terkadang berat hati untuk untuk menyampaikan berbagai berita duka. Tetapi semua itu resiko profesi yang harus di jalankan.
Bukan hanya itu
Berbagai pengalaman yang menempa dia sebagai sosok jurnalis perempuan, dengan masa kerja baru satu tahun, nana telah mendatangi sebagian besar wilayah kabupaten kota di provinsi sumatera selatan seperti Kabupten musi rawas, lubuklinggau, Muratara.
Laporan peristiwa dan pemberitaan dari berita ekonomi, sosial, dan politik, tidak hanya itu pemberitaan tentang pemerintahan tetap iya gelut.
Baru-baru ini liputan mengenai inprastuktur di salah satu wilayah kabupaten muratara semua itu demi untuk memperjuangak kesejateran perekonomian masyarakat di wilaya tersebut, walau melintasi jalur yang terjal.
Kondosi jalan alternatif di wilayah kabuapaten hingga berita kuliner dan politik menjadi bagian perjalanan Nana untuk terus belajar mengemban profesi jurnalis perempuan indonesia.
Pesan Nana kepada perempuan di era melenial, agar tidak perna takut untuk melakukan apa pun, hanya sebagai kodrat sebagai perempuan, Saat ini semakin banyak untuk mereka yang terbuka pemikiran yang cerdas.
” Kita harus bisa menunjukan keahlian dan kemampuan di saat kita di bilang lemah dan gidak bernyali,”jelas nana, April 2021. (Nusantarasumsel.com/Rudi Lubuklinggau).
Tekat yang kuat menjalani propesi ini, takmundur saat berangkst liputan meski dari kediamanya yang jauh imenuju kantor di mana tempat ia berkerja.
Berangkat di pagi dan pulang hingga larut malam dengan jarak tempu 60 KM² menuju di mana tempat ia tinggal.
Keadaan itu ia lakukan demi semangat untuk menggelut kesuksesan dan masa depan demi keluarga dan jenjang karir yang ia gapai.
Kenapa sosok kartini yang menjadi pedoman karena sosok kartini adalah perempuan harus bisa percaya diri dan menjalankan profesi tanpa batas sebagai jurnalis,” kata Nana.
Menjadi jurnalis perempuan di sini dia dapat wawasan dan bisa berbagi informasi kepada para perempuan lainya di indonesia biar tidak ada lagi perempuan-perempuan yang tidak tau kejadian dan isu-isu yang terjadi.
Suaka duka jadi jurnalis perempuan,” Terkadang masih ada orang-orang menganggap mudah dan meremekan profesi Jurnalis saat berkerja di lapangan,”ucap Nana.
“Tapi masalah itu di anggap sudah biasa tidak selamanya duka menjadi penghalang untuk maju, semua akan menjadi pengalaman tersendiri, walau berkerja sebagai jurnalis perempuan adalah hal lain yang seharusnya di lakukan kaum Laki-laki, namun dengan kemampuan dan kemauan sebagai jurnalis perempuan juga bisa melakukan tugasnya.
Selamat Hari Kartini untuk semua perempuan-perempuan di Indonesia, jadilah pribadi yang baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat serta bangsa dan negara. (Rudi rediansyah)